DhammapadaBab 1 Yamaka Vagga syair 1. Pikiran adalah pelopor dari segala sesuatu, pikiran adalah pemimpin, pikiran adalah pembentuk. Bila seseorang berbicara atau berbuat dengan pikiran jahat, maka penderitaan akan mengikutinya bagaikan roda pedati mengikuti langkah kaki lembu yang menariknya. Cobalahuntuk merenungkan tentang hal ini sedikit. Mulailah untuk melihat ke dalam diri sendiri. Sampai pada hari ini, sudah tidak terhitung lamanya kita berada di alam sa?sara ini untuk mencari kebahagiaan, tetapi kenyataannya lebih banyak penderitaan yang kita dapatkan. Oleh karena itu Buddha menyampaikan dalam syair Dhammapada Bahagiayang sejati hanya terdapat di dalam Allah, sebab Dialah yang memenuhi segala kebutuhan hidup manusia. 2. Kebahagiaan dalam Ajaran Buddha menurut Budhha Dhamma. Kondisi bahagia selalu ada dalam situasi apa pun dan inilah yang senantiasa dikejar oleh manusia pada umumnya. Manusia ingin hidup bahagia, tenang, tenteram, damai dan sejahtera. Dịch Vụ Hỗ Trợ Vay Tiền Nhanh 1s. XV. KEBAHAGIAAN 1. 197 Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa membenci di antara orang-orang yang membenci; di antara orang-orang yang membenci, kita hidup tanpa benci. Cerita terjadinya syair ini… 2. 198 Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa penyakit di antara orang-orang yang berpenyakit; di antara orang-orang yang berpenyakit, kita hidup tanpa penyakit. Cerita terjadinya syair ini… 3. 199 Sungguh bahagia jika kita hidup tanpa keserakahan di antara orang-orang yang serakah; di antara orang-orang yang serakah, kita hidup tanpa keserakahan. Cerita terjadinya syair ini… 4. 200 Sungguh bahagia hidup kita ini apabila sudah tidak terikat lagi oleh rasa ingin memiliki. Kita akan hidup dengan bahagia bagaikan dewa-dewa di alam yang cemerlang. Cerita terjadinya syair ini… 5. 201 Kemenangan menimbulkan kebencian, dan yang kalah hidup dalam penderitaan. Setelah dapat melepaskan diri dari kemenangan dan kekalahan, orang yang penuh damai akan hidup bahagia. Cerita terjadinya syair ini… 6. 202 Tiada api yang menyamai nafsu; tiada kejahatan yang menyamai kebencian; tiada penderitaan yang menyamai kelompok kehidupan khandha; dan tiada kebahagiaan yang lebih tinggi daripada Kedamaian Abadi’ nibbana. Cerita terjadinya syair ini… 7. 203 Kelaparan merupakan penyakit yang paling berat. Segala sesuatu yang berkondisi merupakan penderitaan yang paling besar. Setelah mengetahui hal ini sebagaimana adanya, orang bijaksana memahami bahwa nibbana merupakan kebahagiaan tertinggi. Cerita terjadinya syair ini… 8. 204 Kesehatan adalah keuntungan yang paling besar. Kepuasan adalah kekayaan yang paling berharga. Kepercayaan adalah saudara yang paling baik. Nibbana adalah kebahagiaan yang tertinggi. Cerita terjadinya syair ini… 9. 205 Setelah mencicipi rasa penyepian dan ketentraman, maka ia akan bebas dari duka-cita dan tidak ternoda, serta mereguk kebahagiaan dalam Dhamma. Cerita terjadinya syair ini… 10. 206 Bertemu dengan para ariya adalah baik, tinggal bersama mereka merupakan suatu kebahagiaan, orang akan selalu berbahagia bila tak menjumpai orang bodoh. Cerita terjadinya syair ini… 11. 207 Seseorang yang sering bergaul dengan orang bodoh pasti akan meratap lama sekali. Karena bergaul dengan orang bodoh adalah penderitaan seperti tinggal bersama musuh. Tetapi, siapa yang tinggal bersama orang bijaksana akan berbahagia, sama seperti sanak keluarga yang kumpul bersama. Cerita terjadinya syair ini… 12. 208 Karena itu, ikutilah orang yang pandai, bijaksana, terpelajar, tekun, patuh dan mulia; hendaklah engkau selalu dekat dengan orang yang bajik dan pandai seperti itu, bagaikan bulan mengikuti peredaran bintang. Cerita terjadinya syair ini… Dhammapada Syair Kebahagiaan Sukha Vagga01/197Sungguh bahagia bila kita hidup tanpa membenci,di antara orang-orang yang antara orang-orang yang membenci,kita bebas dari bahagia bila kita hidup tanpa penyakit,di antara orang-orang yang antara orang-orang berpenyakit,kita bebas dari bahagia bila kita hidup tanpa keserakahan,di antara orang-orang yang antara orang-orang yang serakah,kita bebas dari kisah perdamaian para kerabat Sang Buddha yang tengah berseteru . 04/200Sungguh bahagia bila kita hidup tanpa keserakahan,kebencian, dan akan hidup bagaikan dewa brahma,yang tinggal di alam kisah Mara menghasut para penduduk. 05/201Kemenangan menimbulkan permusuhan,yang kalah hidup di dalam damai akan diperoleh,dengan meninggalkan kemenangan dan kisah kekalahan raja Pasenadi. 06/202Tiada api yang menyamai nafsu,tiada kejahatan yang menyamai derita yang menyamai Lima Kelompok Kehidupan,tiada kebahagiaan yang menyamai kisah sepasang pengantin baru. 07/203Kelaparan adalah hal yang paling menyakitkan,Kelompok Kehidupan adalah sumber penyakit bijaksana yang mengetahui hal itu sebagaimana adanya,akan mencapai Nibbana, kebahagiaan kisah seorang upasaka. 09/205Dengan merasakan penyepiandan kedamaian Nibbana,seseorang yang meminum kenikmatan intisari Dhamma,akan bebas dari ketakutan dan kisah biksu Tissa. 10/206Adalah sangat baik bila bertemu dengan orang suci,hidup bersama mereka akan selalu bertemu dengan orang bodoh,juga adalah hal yang yang berjalan bersama dengan orang-orang bodoh,akan berduka dalam waktu yang bersama orang-orang bodoh akan menyakitkan,bagaikan hidup bersama bersama orang bijaksana akan membahagiakan,bagaikan hidup bersama sanak karena itu,seseorang harus mengikuti orang-orang suci yang tegas,pandai, terpelajar, tekun, dan orang yang suci dan bijaksana seperti itu,bagaikan bulan mengikuti peredaran kisah Sakka, raja para dewa alam Trayastrimsa. Skip to content Ketika berdiam di Vihara Jetavana, Sang Buddha membabarkan syair kelima puluh dari Dhammapada ini, yang merujuk kepada pertapa Paveyya dan seorang wanita kaya raya. Seorang wanita kaya raya dari Savatthi telah mengangkat Paveyya, seorang pertapa, sebagai anak angkatnya dan memenuhi semua kebutuhannya. Ketika dia mendengar para tetangganya memuji Sang Buddha, dia sangat berharap dapat mengundang beliau ke rumahnya untuk menerima dana makanan. Maka, Sang Buddha diundang ke rumah wanita tersebut dan makanan terpilih telah disiapkan. Ketika Sang Buddha menyampaikan anumodana, Paveyya, yang berada di ruang sebelah, menjadi sangat murka. Dia menyalahkan dan mengutuk wanita tersebut karena menghormati Sang Buddha. Wanita tersebut mendengar kutukan serta teriakannya dan menjadi sangat malu sehingga dia tidak dapat berkonsentrasi terhadap apa yang disampaikan oleh Sang Buddha. Sang Buddha berkata kepadanya agar tidak perlu memperhatikan kutukan-kutukan dan perlakuan tersebut, tetapi hanya pada perbuatan baik dan perbuatan buruk yang dilakukan oleh dirinya sendiri. Kemudian Sang Buddha membabarkan syair berikut Janganlah memperhatikan kesalahan-kesalahan orang lain atau hal yang sudah dikerjakan atau belum dikerjakan oleh orang lain. Sebaiknya seseorang memperhatikan hal-hal yang sudah dikerjakan atau belum dikerjakan oleh dirinya sendiri. Wanita kaya raya tersebut mencapai tingkat kesucian Sotapatti setelah khotbah Dhamma tersebut berakhir. Sumber Dhammapada Atthakatha, Insight Vidyasena Production Post navigation

syair dhammapada tentang kebahagiaan